Sering dikatakan bahwa makanan yang kita makan saat kecil akan menjadi makanan kesukaan kita ketika dewasa. Studi menunjukkan bahwa wanita mampu menularkan pilihan makanan yang disukainya ke anak-anak, baik yang masih berada di dalam kandungan maupun yang sedang menyusu. Kondisi ini membuat anak cenderung memilih makanan tertentu.
Monell Chemical Senses Center di Philadelphia melakukan salah satu studi terbaiknya pada tahun 2000. Mereka mensurvei 46 wanita hamil, dan membaginya dalam tiga kelompok berbeda. Satu grup mengonsumsi jus wortel selama trimester terakhir dalam kehamilan mereka dan air putih selama menyusui; grup yang lain minum air selama trimester akhir dan jus wortel selama menyusui; sedangkan grup terakhir hanya meminum air putih sepanjang masa tersebut.
Setelah anak-anak mereka lahir, para peneliti memberikan dua ramuan sereal, satu dibuat dengan jus wortel, dan satu lagi dengan air putih. Peneliti memonitor dan mengukur berapa banyak sereal yang dikonsumsi bayi, dan merekam reaksi mereka. Bayi yang "menikmati" jus wortel saat menyusu atau saat masih berada dalam kandungan memakan lebih banyak sereal dengan rasa wortel, ketimbang bayi yang tidak merasakan jus wortel saat masih di dalam kandungan atau menyusu. Ketika para peneliti memperhatikan ekspresi para bayi, bayi yang hanya mengonsumsi air putih selama penelitian berlangsung menampilkan ekspresi negatif saat diberi makan sereal rasa wortel. Sedangkan bayi yang sudah mengenal rasa wortel akan menampilkan ekspresi seperti biasanya.
Penelitian lain ternyata mendukung kesimpulan ini; mendapati bahwa selera ternyata dapat disalurkan melalui plasenta ke janin atau melalui ASI kepada bayi. Sebagai contoh, sebuah studi yang diadakan di Perancis mengindikasikan bahwa anak-anak dari ibu yang mengonsumsi minuman rasa adas saat menyusui tidak akan anti dengan rasa adas ketimbang anak-anak lain. Penelitian sejenis juga menunjukkan bahwa rasa aromatik seperti bawang merah, bawang putih, dan vanila, yang terkandung dalam ASI dapat memberikan kecenderungan pada anak untuk menyukai cita rasa tersebut. Apa yang dimakan ibu dapat mengalir ke ASI-nya selama maksimal 8 jam, jadi jika makanan ini dikonsumsi secara rutin tentu pengaruhnya juga lebih besar.
Nah, sekarang Anda tak perlu heran mengapa Si Kecil juga menyukai, misalnya, semua jenis ikan seperti Anda. Dengan demikian, seorang ibu sebenarnya dapat membentuk anaknya untuk menyukai makanan sehat dan menjauhkan mereka dari junk food. Setidaknya, secara teori. Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi yang mengonsumsi makanan padat dan menyusu tidak akan makan buncis sampai sang ibu mulai memperkenalkan makanan tersebut pada menu makan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang ibu dapat membantu memperkenalkan makanan yang "tidak enak" ke dalam menu makan anaknya. Dengan sendirinya hal ini juga membenarkan istilah "makan untuk dua orang" ketika porsi makan Anda bertambah ketika hamil.
Namun, para ibu juga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Studi pada hewan menunjukkan bahwa tikus banyak makan makanan yang tinggi kadar gula, garam, dan lemak, selama bunting dan menyusui. Anak-anak tikus pun mempertajam kecenderungan akan makanan yang berlemak, mengandung garam dan gula.
Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui dapat juga menimbulkan variasi makanan yang disukai anak. Hal ini mungkin tidak akan menentukan pola makannya sepanjang hidupnya, namun jika Anda ingin memiliki anak yang tidak susah makan sayur, kini Anda tahu bagaimana caranya.
Sumber: divinecaroline